Jumat, 03 Januari 2020

PENILAIAN PRESTASI KERJA


PENDAHULUAN

Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat penting, terutama bagi suatu organisasi atau perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang produksi barang maupun dalam bidang pelayanan jasa. Setiap organisasi pemerintah maupun swasta dituntut bekerja lebih cepat, efektif dan efesien. Oleh karena itu ketertiban tenaga kerja dalam aktifitas perusahaan perlu dilengkapi kemampuan dalam hal pengetahuan maupun keterampilan. Untuk itu, faktor Sumber Daya Manusia perlu mendapat prioritas utama dalam pengelolaannya agar pemanfaatannya sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi atau perusahaan tersebut dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Penilaian kinerja adalah sebagai penilaian hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan oleh setiap pegawai. Penilaian kinerja pegawai mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap pegawai. Apakah prestasi yang dicapai  setiap  pegawai  baik,  sedang,  kurang.  Penilaian prestasi penting bagi setiap pegawai dan berguna bagi organisasi untuk mengambil keputusan dan menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.


TINJAUAN PUSTAKA

Prestasi kerja merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Prestasi kerja adalah hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara 2009:9).

Sedangkan Sutrisno (2009 : 165) mendefinisikan prestasi kerja sebagai hasil kerja yang dicapai seseorang dari tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja individu selama periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kerja yang dibebankan kepada karyawan dan untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi kerja individu harus dilakukan pengukuran dan penilian prestasi kerja.

Handoko (2008:135) menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses dimana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Hasibuan (2009:87) menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja adalah kegiatan manager untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya. Penilaian perilaku dimaksud yaitu kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerja sama, loyalitas, dedikasi, dan partisipasi karyawan. Penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan.

PEMBAHASAN

1.     ARTI DAN PENTINGNYA PENILAIAN PRESTASI KERJA

Menurut Hasibuan (2003) dalam Sinambela (2016; 223), prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta ketetapan waktu. Prestasi kerja dipengaruhi oleh tiga faktor yakni kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran, serta tingkat motivasi seorang pekerja.

Menurut Mangkunegara (2000) dalam Siagian (2015; 53), adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

Pentingnya Penilaian  kerja memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui feedback yang diberikan oleh organisasi dan  Penyesuaian gaji, yang penilaian kinerja dapat dipakai sebagai informasi dalam menentukan kompensasi secara layak sehingga dapat memotivasi pegawai.

Seorang manajer harus memberikan keputusan untuk penempatan karyawan nya, agar dapat dilakukan penempatan sesuai dengan keahliannya. Serta mengadakan pelatihan dan pengembangan melalui penilaian agar mengetahui kelamahan-kelemahan dari pegawai sehingga dapat ditentukan program pelatihan dan pengembangan yang lebih efektif dan meningkatkan adanya perlakuan yang sama terhadap semua pegawai, yaitu dengan dilakukannya penilaian yang obyektif.

2.     TUJUAN PENILAIAN PRESTASI KERJA

Menurut T. Hani Handoko terdapat sepuluh manfaat yang dapat dipetik dari penilaian prestasi kerja, yaitu sebagai berikut :
1.   Perbaikan prestasi kerja. Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer, dan departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan kegiatan mereka demi perbaikan prestasi kerja.

2.   Penyesuaian Kompensasi. Evaluasi pretsasi kerja membantu pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, bonus dan kompensasi lain nya.

3.   Keputusan Penempatan. Promosi, transfer dan deemosi (penurunan jabatan) biasanya didaasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipainya.Promosi merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja.

4.   Kebutuhan Latihan dan Pengembangan. Prestasi kerja yang jelek menunjukan adanya kebutuhan latiham.Demikian pula prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan lebih lanjut.

5.   Perencanaan dan Pengembangan Karir. Umpan balik prestasi kerja dapat mengarahkan keputusan karir yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti.

6.   Penyimpangan Proses Staffing. Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan keputusan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.

7.   Ketidakakuratan Informasional. Prestasi kerja yang jelek menunjukan kesalahan dalam komponen sistem informasi manajemen personalia. Menggantungkan diri pada informasi yangtidaak akurat dapat mengakibatkan keputusan – keputusan personalia yang diambil menjadi tidak tepat.

8.   Kesalahan Desain Pekerjaan. Prestasi kerja yang jelek mungkin suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi kerja dapat membantu diagnose kesalahan-kesalahan tersebut.

9.   Kesempatan Kerja yang Adil. Penilaian prestasi kerja yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal dapat diambil tanpa diskriminasi.

10.    Tantangan Eksternal. Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah pribadi. Dengan penilaian prestasi kerja, maka departemen personalia dapat menawarkan bantuan kepada semua karyawan yang membutuhkan atau diperkirakan memerlukan.

3.     HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Penilaian yang baik harus dapat memberikan gambaran yang akurat tentang yang diukur. Artinya penilaian tersebut benar-benar menilai prestasi pekerjaan karyawan yang dinilai. Agar penilaian mencapai tujuan maka ada 2 hal yang perlu diperhatikan yakni:
1.   Penilaian harus mempunyai hubungan yang related dengan pekerjaan (job related). Artinya sistem penilaian itu benar-benar menilai perilaku atau kerja yang mendukung kegiatan organisasi dimana karyawan itu bekerja.
2.   Adanya standar pelaksanaan pekerjaan (performance standards). Standar pelaksanaan adalah ukuran yang dipakai untuk menilai prestasi kerja tersebut. Agar penilaian itu efektif, maka standar penilaian hendaknya berhubungan dengan hasil yang diinginkan setiap pekerjaan.

4.     TANGGUNG JAWAB PENILAIAN

Menurut Mondy dan Noe (2006) dalam kebanyakan organisasi, departemen sumber daya manusia bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan desain dan pelaksaanan program penilaian kinerja. Orang yang mungkin ditunjuk adalah:
1.   Atasan langsung bertanggung jawab untuk menilai kinerja karena dialah yang setiap saat dapat mengamati para karyawan.
2.   Bawahan berada dalam posisi yang tepat untuk menilai efektivitas manajerial. Pendukung pendekatan ini percaya bahwa atasan sangat menyadari kebutuhan kelompok kerja dan dapat membuat pekerjaan lebih baik. Sebaliknya, kritikus khawatir bahwa bawahan takut akan pembalasan.
3.   Peers kekuatan utama untuk menilai kinerja adalah rekan kerja, yang memiliki kinerja dan pandangan yang khas, terutama dalam tugas-tugas tim.
5.   Evaluasi diri jika karyawan memahami tujuan dan kriteria untuk evaluasi, mereka memiliki posisi yang baik untuk menilai kinerja mereka sendiri.
6.   Pelanggan organisasi menggunakan pendekatan ini karena hal ini menunjukkan komitmen terhadap pelanggan, karena karyawan adalah pemegang tanggung jawab.

5.       OBYEK DAN MACAM-MACAM METODE PENILAIAN
a.   Objek Penilaian Prestasi kerja
Objek penilaian adalah perusahaan yang dapat dikendalikan oleh karyawan yang bersangkutan. Penentuan objek penilaian tentu saja tidak akan mencakup semua objek yang ada. Hanya faktor utama saja yang perlu, berulang, penting, dan bersifat strategis yang pantas dijadikan objek penilaian. Objek penilaian harus sinkron dengan tujuan penilaian oleh karena itu, penilai harus benar benar mampu merencanakan dan melaksanakan suatu penilaian secara  objektif. Objek penilaian karyawan itu mencakup dua hal pokok yaitu hasil pekerjaan (prestasikerja) dan sifat-sifat pribadi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menetapkan jumlah dan jenis objek yang dinilai harus mempertimbangkan 3 hal berikut:
·     Hasil kerja individu
Jika mengutamakan hasil akhir, maka pihak manajemen melakukan penilaian prestasi kerja dengan obyek hasil kerja individu. Biasanya berlaku pada bagian produksi denganindikator penilaian output  yang dihasilkan, sisa dan biaya per-unit yang dikeluarkan.
·       Perilaku
Untuk tugas yang bersifat instrinsik misalnya sekretaris atau manajer, maka penilaian prestasi kerja ditekankan pada penilaian terhadap perilaku, seperti ketepatan waktu memberikan laporan, kesesuaian gaya kepemimpinan, efisiensi, dan efektivitas pengambilan keputusan, tingkat absensi.
·     Sifat
Merupakan obyek penilaian yang dianggap paling lemah dari kriteria penilaian prestasi kerja, karena sulit diukur atau tidak dapat dihubungkan dengan hasil tugas yang positif, seperti sikap yang baik, rasa percaya diri, dapat diandalkan, mampu bekerja sama.

b.   Metode penilaian prestasi kerja menurut Sanyoto dalam penilaian prestasi kerja ada macam-macam metode antara lain:
·     Rating 
Maksudnya penilaian prestasi kerja terhadap karyawan berdasarkan sifat-sifat dan karakteristik dari macam macam pekerjaan dan menentukan parameternya.
·     Checklist
Maksudnya penilaian yang dilakukan untuk mengurangi beban dinilai dengan diminta laporan secara singkat mengenai perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan karyawan.
·     Field Review Method
Maksudnya penilaian prestasi kerja karyawan untuk mencapai penilai yang lebih standar. Dalam hal ini wakil ahli departemen personalia turun kelapangan membantu penilai dalam penilaian.
·     Tes dan Observasi Kerja
Hal ini dimaksudkan untuk menguji keterampilan-keterampilan karyawan dan pengetahuan yang perlu dimiliki seorang karyawan dalam menjalankan tugasnya.
·     Metode Evaluasi Kelompok 
Maksudnya penilaian prestasi kerja dengan tujuan untuk mengevaluasi pengetahuan karyawam dan kemampuan karyawan dalam berbagau macam pekerjaan guna pengambilan keputusan.
·     Daftar Penilaian Pekerjaan
Daftar penilaian pekerjaan meruapakan dokumen kepegawaian yang bersifat rahasia. Daftar penilaian pekerjaan disimpan untuk selama 5 tahun dimulai dari tahun pembuatannya. Daftar penilaian pekerjaan yang lebih dari 5 tahun, maka tidak digunakan lagi dan dapat dimusnahkan menurut tata cara yang diatur dalam perundang-undangan yang berlaku.

6.       UNSUR-UNSUR PELAKSANAAN DALAM PENILAIAN PRESTASI KERJA
Berikut ini unsur-unsur dasar dalam penilaian potensi kerja. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2001:104) antara lain:
a.              Kesehatan
Penilai menilai kesetiaan pekerjaannya, jabatan dan organisasinya. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi didalam maupun diluar pekerjaan.
b.              Prestasi
Kerja penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan oleh karyawan dari uraian pekerjaannya.
c.              Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dan melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya maupun orang lain.
d.              Kedisiplinan
Penilai menilai kedisiplinan karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan intruksi yang diberikan kepadanya.
e.              Kreativitas
Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreatifitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
f.        Kerjasama
Penilai menilai terhadap partisipasi dan kerjasama dengan karyawan lainnya baik vertical maupun horizontal didalam maupun diluar pekerjaan.
g.       Kepemimpinan
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, mempengaruhi dan mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain.
h.       Kepribadian
Penilai menilai sikap perilaku, kesopanan, disukai, memberi kesan menyenangkan, memperhatikan sikap yang baik dan penampilan yang simpatik serta wajar dari karyawan tersebut.
i.        Penilaian Prestasi Kerja
Penilai menilai kemampuan berfikir berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan masalah yang dihadapinya.
j.        Tanggung Jawab
Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan kebijakasanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakan.

7.     MASALAH DALAM PENILAIAN
Masalah utama yang sering dijumpai dalam penilaian prestasi adalah standar yang tidak jelas dan bias, gangguan yang menyebabkan suatu pengukuran menjadi tidak akurat. Standar yang tidak jelas seringkali berkaitan dengan skala penilaian yang terlalu terbuka untuk diinterpretasikan, sedangkan bias dalam penilaian prestasi dapat dibedakan menjadi halo effect, central tendency, lenience and stricness biases, personal prejudice dan recency effect.
1.     Halo Effect
Halo effect terjadi jika pandangan/pendapat pribadi si penilai mempengaruhi penilaiannya terhadap orang lain. Halo effect banyak terjadi pada saat kita harus mengevaluasi teman akrab atau musuh kita. Oleh karena itu penilai yang baik harus berdifat netral terhadap orang yang akan diberikan penilaian. Supervisor training dapat mengurang masalah ini.
2.     Central tendency
Cenral tendency terjadi jika penilai tidak berani memberi nilai rendah atau tinggi. Sehingga nilai yang diberikan cenderung ditengah atau rata-rata. Penilaian seperti ini menjadi tidak terlalu valid untuk membuat keputusan dalam promosi, gaji, gaji, dan konseling.
3.     Lenience and strictness
Lenience biases dihasilkan jika penilai cenderung menilai denga nilai yang mudah sekali sehingga unjuk kerja pegawai dinilai baik. Sedangkan strictness biases terjadi jika penilai terlalu ketat menilai pegawainya. Masalah ini biasanya terjadi jika standar penilaiannya kabur atau tidak jelas.
4.     Personal prejudice
Personal prejudice mirip dengan halo effect. Personal prejudice terjadi jika penilai mempunyai perasaan tidak suka pada kelompok, group, atau kelas dimana orang yang akan dinilai termasuk di dalam kelompok tersebut. Misalnya seorang manajer memandang rendah wanita dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dikerjakan pria. Selamanya kelompok wanita tidak akan pernah diberi kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Dalam personal prejudice, ketidaksukaan disebabkan karena faktor kebudayaan. Dalam masyarakat rasional, personal prejudice sudah mulai dapat dihindari. Bagaimanapun juga personal prejudice harus dihindari untuk mengurangi diskriminasi.
5.     Recency effect.
Recency effect terjadi jika kita menggunakan ukuran yang subjektif dan waktu mengukur kita sangat dipengaruhi oleh tindakan terakhir pegawai yang pasti paling kita ingat, sehingga tindakan-tindakan dan kejadian pada masa lalu dianggap tidak ada.

8.     TIP-TIP DALAM MELAKSANAKAN PENILAIAN PRESTASI

·     System penilaian prestasi sesuai dengan kebutuhan organisasi
·     Faktor-faktor yang dinilai objektif dan konkrit
·     Penilaiannya bebas dari bias
·     Prosedur dan administrasinya seragam
·     Sistemnya mudah digunakan
·     Hasil penilaian digunakan dalam pengambilan keputusan
·     Sistemnya memungkinkan dilakukannya proses peninjauan ulang
·     Yang menggunakan dapat menggunakannya sebagai input
·     Dapat dilaksanakan dengan ekonomis
·     Hasil penilaiannya didokumentasikan
·     Penilai terlatih dan berkualitas
·     Sistemnya mencakup monitoring dan evaluasi
·     Manajer puncak dengan jelas memberikan dukungannya terhadap system

KESIMPULAN

Penilaian prestasi kerja merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan ulang dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodic. Dapat diartikan juga penilaian prestasi adalah suatu analisa yang adil dan jujur tentang nlai karyawan bagi organisasi. Suatu ancangan yang obyektif, sistematis dan menyeluruh kepada penilaian prestasi dapat menjadi suatu alat yang berguna bagi perusahaan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian prestasi kerja, yaitu: 1) Penilaian harus mempunyai hubungan yang related dengan pekerjaan (job related), 2) Adanya standar pelaksanaan pekerjaan (performance standards). Masalah utama yang sering dijumpai dalam penilaian prestasi adalah standar yang tidak jelas dan bias, gangguan yang menyebabkan suatu pengukuran menjadi tidak akurat. Standar yang tidak jelas seringkali berkaitan dengan skala penilaian yang terlalu terbuka untuk diinterpretasikan, sedangkan bias dalam penilaian prestasi dapat dibedakan menjadi halo effect, central tendency, lenience and stricness biases, personal prejudice dan recency effect.

DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar