Tugas 2
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2013
Besaran PDRB DKI Jakarta tahun 2013 atas dasar
harga konstan mencapai 477,3 triliun rupiah naik 27,5 triliun rupiah
dibandingkan tahun 2012 (sebesar 449,8 triliun rupiah), sehingga secara total
pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 6,11 persen sedikit lebih lambat
dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 6,53 persen.
Sumbangan pertumbuhan tertinggi (1,43 poin)
diberikan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 10,84
persen. Sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan sebagai sektor dominan di
Jakarta tumbuh sebesar 5,17 persen dan menyumbang pertumbuhan sebesar 1,42
poin. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga meberikan kontribusi sebesar
1,41 poin dengan pertumbuhan 6,42 persen. Sementara sektor jasa-jasa dan
sektor konstruksi yang masing-masing tumbuh sebesar 7,46 persen dan 5,74
persen, menyumbang pertumbuhan masing-masing sebesar 0,88 dan 0,6 poin.
Sektor industri pengolahan, sebagai salah satu
sektor andalan tumbuh sebesar 2,43 persen, dengan sumbangan terhadap
pertumbuhan sebesar 0,34 persen. Sedangkan untuk sektor-sektor yang
kontribusinya terhadap PDRB dibawah 1 persen seperti sektor pertanian, sektor
pertambangan-penggalian, dan sektor listrik-gas-air bersih menyumbang
pertumbuhan sangat kecil yakni kurang dari 0,1 poin.
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Tahun 2014
Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2014
tumbuh sebesar 0,32 persen (q to q), sedikit melambat bila dibandingkan
triwulan IV/2013 (sebesar 1,55 persen). Kondisi ini dapat dikatakan cukup baik
mengingat secara musiman biasanya selalu terjadi penurunan aktivitas seluruh
sektor ekonomi ditriwulan I pada setiap tahun.
Pada triwulan I, hampir semua sektor (kecuali
sektor pengangkutan‐komunikasi, sektorkeuangan‐real estate‐jasa perusahaan dan sektor jasa) mengalami
kontraksi. Sektor konstruksimengalami kontraksi yang paling besar yaitu sebesar
minus 2,19 persen kemudian sektor perdaganganhotel‐restoran tumbuh minus 1,11 persen dan sektor
listrik‐gas‐air bersih tumbuh minus 0,91 persen.Sektor
pertanian tumbuh minus 0,50 persen, sektor pertambangan‐penggalian tumbuh minus 0,41persen dan sektor
industri pengolahan tumbuh minus 0,02 persen.
Sementara itu pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh sektor pengangkutan‐komunikasi, yaitusebesar 2,12 persen, selanjutnya
diikuti oleh sektor keuangan‐real estate‐jasa perusahaan sebesar 1,01persen dan sektor
jasa‐jasa
sebesar 0,78 persen.
PDRB DKI Jakarta triwulan I/2014 jika
dibandingkan dengan triwulan I/2013 (y on y) tumbuhsebesar 5,99 persen. Pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan‐komunikasi yaknisebesar 10,63 persen, kemudian
diikuti oleh sektor jasa‐jasa sebesar 7,60 persen, sektor konstruksi sebesar
5,77 persen, sektor perdagangan‐hotel‐restoran sebesar 5,61 persen, sektor sektor
keuanganrealestat‐jasa
perusahaan sebesar 4,58 persen, sektor industri pengolahan sebesar 3,91 persen,
sektorlistrik‐gas‐air bersih sebesar 2,14 persen, dan sektor
pertanian sebesar 1,53 persen. Sementara sektorpertambangan‐penggalian tumbuh minus 1,56 persen.
PDRB DKI Jakarta triwulan I/2014 jika
dibandingkan dengan triwulan I/2013 (y on y) tumbuhsebesar 5,99 persen.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan‐komunikasi yaknisebesar 10,63 persen, kemudian
diikuti oleh sektor jasa‐jasa sebesar 7,60 persen, sektor konstruksi sebesar
5,77 persen, sektor perdagangan‐hotel‐restoran sebesar 5,61 persen, sektor sektor
keuanganrealestat‐jasa
perusahaan sebesar 4,58 persen, sektor industri pengolahan sebesar 3,91 persen,
sektorlistrik‐gas‐air bersih sebesar 2,14 persen, dan sektor
pertanian sebesar 1,53 persen. Sementara sektor pertambangan‐penggalian tumbuh minus 1,56 persen. Kajian
lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan masing‐masing sektordalam menciptakan laju pertumbuhan
ekonomi di DKI Jakarta selama periode tertentu. Sektor‐sektorekonomi dengan nilai nominal besar tetap
akan menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhanekonomi meskipun pertumbuhan
sektor yang bersangkutan relatif kecil. Begitu pula sebaliknya.
Pada triwulan I/2014, pertumbuhan yang terjadi
didorong oleh pertumbuhan yang diberikanoleh sektorpengangkutan‐komunikasi, sektor keuangan‐real estate‐jasa perusahaan, sektorperdagangan‐hotel‐restoran, sektor jasa‐jasa, sektor konstruksi dan sektor industri
pengolahan. Sektor-sektor tersebut mampu menyumbang cukup besar terhadap
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Sedangkan
sektor pertanian, sektor pertambangan‐penggalian, dan sektor listrik‐gas bersihmenyumbang pertumbuhan ekonomi DKI
Jakarta sangat kecil.
Pertumbuhan Ekonomi
Tahun 2015
Pertumbuhan ekonomi
DKI Jakarta terus meningkat sejak triwulan III-2015. Ini menunjukkan
perekonomian ibu kota mulai bangkit setelah mengalami pelemahan di awal tahun
lalu.
Rilis data PDRB
oleh BPS memberikan gambaran tersebut melalui revisi angka PDRB (sejak tahun
2013) yang semakin meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
Di triwulan terakhir tahun 2015, perekonomian DKI Jakarta dapat meningkat mencapai 6,48% (yoy) melanjutkan peningkatan yang sudah terjadi pada triwulan sebelumnya, sebesar 6,12% (yoy).
Di triwulan terakhir tahun 2015, perekonomian DKI Jakarta dapat meningkat mencapai 6,48% (yoy) melanjutkan peningkatan yang sudah terjadi pada triwulan sebelumnya, sebesar 6,12% (yoy).
Dorongan dari dua
triwulan terakhir ini mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta
sehingga untuk keseluruhan tahun 2015 dapat tumbuh mencapai 5,88%, tidak jauh
berbeda dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 5,91%.
Perkembangan ini
memperlihatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta mampu tumbuh stabil di tengah
perekonomian nasional yang mengalami pelemahan dari 5,02% menjadi 4,79% di
tahun ini.
Dorongan
peningkatan pertumbuhan pada triwulan IV-015 terutama berasal dari gencarnya
realisasi anggaran belanja baik dari Pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah
Provinsi DKI Jakarta, serta adanya dorongan yang cukup tinggi dari sisi
produksi terutama pada sektor industri, transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan.
Peningkatan
realisasi belanja APBD DKI Jakarta, yang didorong oleh berbagai program
percepatan belanja oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta peningkatan
belanja pemerintah pusat melalui Kementerian dan Lembaga yang ada di Jakarta,
berdampak signifikan pada meningkatnya konsumsi pemerintah DKI Jakarta.
"Sementara
itu, kondisi permintaan belum mengalami penguatan dengan konsumsi rumah tangga
dan investasi sektor swasta yang masih tumbuh lemah. Demikian halnya dengan
permintaan eksternal, lemahnya ekonomi global masih berdampak pada pertumbuhan
ekspor yang masih menurun pada triwulan ini," kata Kepala Kantor
Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Doni P. Joewono, dalam siaran pers,
Senin (8/2/2016).
Dengan perkembangan
tersebut, perbaikan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terus berlanjut pada
tahun 2016. Realisasi angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan
stabilitas ekonomi makro yang tetap terjaga diharapkan dapat memberikan
ekspektasi positif untuk mendorong pertumbuhan investasi swasta.
Ia menambahkan,
kondisi tersebut didukung pula oleh penurunan suku bunga, implementasi berbagai
Paket Kebijakan Pemerintah serta dukungan stimulus fiskal, khususnya pada
pembangunan proyek infrastruktur di ibu kota.
Konsumsi rumah
tangga sebagai motor penggerak perekonomian juga diperkirakan meningkat sejalan
dengan peningkatan optimisme konsumen, sebagaimana tercermin pada peningkatan
Indeks Tendensi Konsumen (BPS) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (BI).
Kantor Perwakilan
Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di
tingkat regional, nasional, maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi
dengan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan
ekonomi DKI Jakarta.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2016
Tren peningkatan pertumbuhan
ekonomi DKI Jakarta
sedikit tertahan pada kuartal III 2016. PDRB provinsi ini tercatat tumbuh 5,75
persen (yoy) pada kuartal ini, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang
sama di tahun lalu yang sebesar 5,86 persen (yoy), dan berada di bawah
perkiraan Bank Indonesia (BI).
Kepala Perwakilan B Provinsi DKI Jakarta, Doni
P Joewono menjelaskan, sumber utama
terjadinya perlambatan tersebut akibat pelemahan konsumsi pemerintah dan rumah
tangga.
"Serapan belanja APBD DKI Jakarta yang
cukup baik hingga triwulan III 2016 tidak diimbangi dengan penyerapan belanja
APBN melalui Kementerian atau Lembaga," kata Doni di Jakarta, Selasa
(8/11/2016).
Doni menjelaskan, pada kuartal ini belanja K/L
menurun tajam akibat adanya pengetatan belanja pemerintah terkait dengan shortfall penerimaan pajak.
Besarnya peran belanja Kementerian/Lembaga
dalam komponen pengeluaran pemerintah di Provinsi DKI Jakarta berdampak pada
lebih rendahnya pertumbuhan konsumsi pemerintah di Jakarta.
Konsumsi rumah tangga juga menunjukkan
perlambatan pada kuartal III 2016, terutama pada konsumsi transportasi,
akomodasi, dan pendidikan yang terdampak pelaksanaan libur panjang di awal
triwulan.
"Pelemahan konsumsi rumah tangga tersebut
juga tercermin dari turunnya penjualan mobil dan Indeks Tendensi
Konsumen," tegas Doni
Sementara itu, realisasi belanja modal
pemerintah melalui proyek-proyek infrastruktur transportasi di DKI Jakarta,
seperti MRT dan LRT mulai berdampak pada menguatnya kinerja investasi.
Namun, membaiknya realisasi pembangunan infrastruktur
oleh pemerintah tersebut masih
belum diimbangi oleh aktivitas investor swasta yang masih melanjutkan perilaku wait-and-see.
Meningkatnya belanja modal pemerintah, terutama
terkait proyek-proyek infrastruktur, mendorong membaiknya kinerja lapangan
usaha konstruksi. Di samping itu, peningkatan kunjungan wisman ke DKI Jakarta
pada kuartal ini berdampak positif bagi kinerja ekspor barang dan jasa.
Peningkatan pertumbuhan
ekonomi DKI Jakarta
diperkirakan masih akan tertahan pada kuartal IV 2016. Terbatasnya ruang fiskal
terkait shortfall pajak akan menyebabkan kian
melambatnya konsumsi pemerintah dalam mendorong kegiatan ekonomi.
Di sisi lain, peran swasta dalam perekonomian
diperkirakan masih terbatas terkait dengan masih tingginya ketidakpastian
usaha, terutama selama proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta berlangsung.
Meskipun demikian, percepatan realisasi belanja
modal pemerintah diperkirakan dapat menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi
Jakarta lebih lanjut. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk terus
mendorong pembangunan infrastruktur.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI
Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional,
nasional, maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
Pertumbuhan
Ekonomi Tahun 2017
Kadin DKI memprediksi
pertumbuhan ekonomi Jakarta tahun ini bisa mencapai 6%, bahkan lebih.
Pertumbuhan ekonomi di Jakarta ini diprediksi meningkat dari tahun lalu.
"Kita berharap
pertumbuhan ekonomi, melihat dari situasi kan akibat dari perdagangan yang
berjalan sekarang ini cukup signifikan adanya kecenderungan kenaikan. Kita
harapkan bisa di atas 6% tahun naik dari 2016 5,7% karena DKI kan pertumbuhan
ekonominya lebih tinggi daripada nasional," ujar Ketum Kadin DKI, Eddy
Kuntadi, dalam Rapimnas Provinsi IV DKI, di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan,
Selasa (21/3/2017).
Laju pertumbuhan itu ditopang
sektor jasa yang selama ini berkontribusi 60% terhadap pertumbuhan ekonomi di
Jakarta.
"Misalnya jasa,
perdagangan, hotel, bengkel. Hampir 60% itu kontribusi di bidang jasa,"
kata Eddy.
Sementara itu, Wakil Ketua
Kadin DKI Sarman Simanjorang berharap pemimpin DKI Jakarta terpilih nantinya
juga pro terhadap pengusaha.
"Kita harapkan itu bisa
pro bisnis. Nah itu tidak pernah tembus 6% hanya 5,7%, padahal dari segi
potensinya itu sangat terbuka. Cuma di sini ada kebijakan-kebijakan yang perlu
ditinjau kembali bahwa jangan sampai kebijakan itu di satu sisi menguntungkan
sekelompok tapi di satu sisi merugikan kelompok lainnya," kata Sarman.
Ia berharap pembangunan
ekonomi di Jakarta bisa dilakukan bersama antara pengusaha besar dengan UKM.
"Berkeadilan itu berikan
lah semua potensi yang ada di Jakarta, pelaku usaha untuk membangun ekonomi di
Jakarta bersama-sama, bukan kelompok yang besar-besar saja tapi yang kecil
berikan porsinya dengan standar mutu yang ada. Kalau ditemukan ada UKM yang
abal-abal, dengan adanya standar yang ada mau tidak mau UKM itu harus
profesional kalau tidak dia bakal binasa sendiri UKM itu dibina jangan
dibinasakan," ungkapnya.
Referensi:
Kelompok 10 1EB11:
Annisa Dian Pratiwi (20216940)
Nafila Qinananti Alifyanur Rachmanda (25216287)
Syafa Devi Wicinda (27216216)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar